Rabu, 03 September 2014

Madan no Ou to Vanadis Chapter 2 bagian 1



LeitMeritz

Bagian 1

Tigre bermimpi , mimpi yang cukup buruk.
Di atas bukit kecil, pasukan kami berkumpul.
Sekarang adalah waktu makan. Para tentara menaruh pot sebesar barel di gundukan tanah, dan mengubahnya menjadi kompor. Mereka sedang menyiapkan sup ikan.
Ada sekitar dua puluh ribu tentara Brune berbagi makanan dengan pasukannya sendiri. Aliran panas uap melayang ke atas udara, dan para prajurit terlihat seakan akan mereka di penjarakan oleh uap. 

Laki laki yang mengatakan sesuatu dengan nada mengejek itu adalah Zaien Thenardier.
Rumah keluarga Thenardier memegang gelar Duke. Mereka adalah keluarga lama yang terhomat dibandingkan rumah keluarga Vorn.Mereka adalah bangsawan yang memegang kekuasaan yang sangat besar, dan wilayah yang mereka miliki sangatlah luas. Dikatakan jumlah tentara yang dapat di kerahkan oleh keluarga Thenardier bisa mencapai sepuluh ribu orang.  
 Zaien adalah anak tertua dari keluarga Thenardier dan pewaris dari thenardier .Umurnya sekarang adalah 17 tahun. Meskipun ia memakai baju besi yang berhias dan membekali dirinya dengan pedang yang indah di pinggangnya , layaknya garis keturunannya, ia selalu mempunyai ekspresi yang seolah-olah memandang rendah orang lain.

Tepat di belakangnya ada segerombolan pemuda yang selalu memujanya.
Sama seperti Zaien, mereka adalah bangsawan yang lahir di dalam keluarga dengan gelar Marquis atau duke, mengenakan baju besi yang berkilauan dengan simbol keluarga mereka masing masing. Mereka menatap Tigre sambil tersenyum dan terlihat tidak memiliki niat yang baik.  
Tigre tidak bisa mengabaikan mereka, dan merasa berkewajiban untuk menunjukkan rasa sopannya.  
"Aku disini untuk melayani yang mulia sebagai subjek setia, jadi aku datang ke sini secepat mungkin"
"walaupun kata katamu cukup mengagumkan, aku tidak yakin seberapa bisa kau membantu."  
Setelah Zaien mengejek Tigre, tawa para bangsawan lainnya pun menggelegar. Mungkin karena usia mereka yang mirip, Zaien sering mengolok olok Tigre sedemikian rupa.  
"Ku katakan padamu sebelumnya, keluargamu hanyalah pemburu selama empat atau lima generasi. Aku bahkan hampir tidak bisa mengenalimu lagi sebagai seorang bangsawan. " 
Dia mengucapkan kata-kata itu dengan angkuh dan mencoba untuk menginjak busur Tigre yang terbaring di tanah.  
Tigre bergerak reflek, mengambil panahnya secepat binatang buas.
“Uwa!”  
Zaien tersandung, kehilangan keseimbangannya dan ia jatuh di atas tanah cukup keras bersama salah satu pengikutnya.
"Beraninya kau melakukan itu kepada master Zaien"
"Aku melindungi busurku"
"Busur!?Bukankah itu hanya busur, jadi apa, dasar kau pengecut!"
"Itu benar. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi jika benda itu dihancurkan. Kau seharusnya berada di garis depan dengan pedang!" 
"Aku yakin Dewa Perang, Trigraf, tidak akan pernah memberikan berkatnya untuk seseorang seperti kau!"
Para pengikutnya yang lain menyatakan persetujuan mereka satu demi satu. Tigre  hanya bisa menggertakkan giginya dengan marah.  
Di kerajaan Brune, komplain mereka dapat di terima.
"Busur hanyalah sebuah benda untuk seorang pengecut yang tidak mempunyai keberanian untuk mengorbankan tubuhnya terhadap pedang yang datang padanya"
Pemikiran seperti itu sudah benar benar mengakar didalam pemikiran pasukan Brune, yang mana membuat sedikit dari mereka yang menggunakan busur.
Bukan hanya prestasi pemanah saja yang di abaikan, tetapi pemanah sendiri secara keseluruhan.
"Semua pemanah adalah pemburu, petani yang tidak memiliki tanah, orang yang telah melakukan kejahatan sebagai prajurit-- atau beberapa orang yang hanya untuk mengisi rank orang yang tidak terlalu hebat dengan pedang maupun tombak"
Sehubungan dengan norma, orang yang menggunakan panah, bahkan sebagai prajurit , dianggap sebagai kriminal dan dipandang rendah.
Meskipun nenek moyang Tigre telah melakukan layanan militer dengan baik yang mana di berikannya kepada mereka sebuah wilayah untuk berburu dan dipromosikan menjadi gelar Earl, Massas mengatakan kepada Tigre: 
"Jika ayahmu bukan seorang pemburu, ia mungkin akan dipromosikan ke pangkat yang lebih tinggi lagi"
"Tenanglah kalian semua"
Zaien berdiri kesulitan dengan beberapa bantuan,tetapi ia menghentikan tindakan pengikutnya .
Walaupun enggan, mereka berhenti menyalahkan Tigre.
Zaien bertingkah selagi membersihkan debu di baju besinya, menyilangkan tangannya dan menertawai Tigre.
"Alasan kau selalu menempel dengan busurmu itu karena kau tidak bisa memegang pedang ataupun tombak kan?Kau mungkin berfikir jika kau menuju ke medan perang dengan busur, mungkin kau bisa sedikit terlihat seperti prajurit kan?"
Tigre tetap diam. Memang benar ia payah dalam hal pedang dan tombak.
Jika Tigre melawan saat ini juga, Zaien pasti akan menyuruhnya untuk mengambil pedang atau tombak untuk menunjukkan kemampuannya dan menertawainya. Hal ini pernah terjadi sebelumnya.
Ejekan Zaien tidak berhenti sampai di sini.
"Memang dari awalnya, kamu adalah Earl kerajaan Brune. Tetapi kamu tidak bisa menggunakan pedang maupun tombak dan berencana menuju ke medan pertempuran tanpa memakai baju besi. Tidakkah kau malu? Semua lihatlah penampilan lusuhnya ini.Dia memiliki pelat kulit, sarung tangan kulit dan bahkan legging kulit. Semua peralatannya terbuat dari kulit. Hanya mantelnya saja yang layak, tapi jika itu hanya satu satunya saja bagian yang layak di tunjukkan, maka aku akan sangat sedih tentang keuangan di daerahnya."
"--Tuan Zaien"
Massas yang tadinya hanya diam saja akhirnya berbicara.
"Kata-katamu sangatlah dalam, mungkin karena anda berbicara terlalu banyak, anda pasti menjadi haus"
Massas melanjutkan sambil menunjuk ke arah tertentu.
"Ada beberapa rayon anggur yang di distribusikan di sana ,Mengapa tidak minum beberapa untuk menghilangkan rasa hausmu?"
Menggunakan nada yang sopan dan rendah diri, sikap Massas memberikan tekanan pada sisi yang lain.
Martabat kesatria tua ini, yang baru saja berumur 55 tahun, sangat mengintimidasi Zaen.
Zaien mendengus dan melankah mundur mau tak mau sebagaimana ia sadar bahwa ia telah melupakan sikapnya. Dia kemudian mendengus lagi dan berputar balik.
"hey,ayo semua"
 Tigre melihat Zaien dan yang lainnya berjalan menjauh, dan ia berterima kasih kepada Massas setelah mencek kondisi busurnya.
"Terima kasih Massas, kau menyelamatkanku"
"Tak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf. Akan lebih baik jika tadi aku campur tangan sebelumnya, tapi aku tidak bisa menemukan kesempatan untuk menorobos masuk"
Dari persepsi Zaien, Massas adalah banngsawan lemah tidak beda dari Tigre.
Selama mengaduk di panci, Massas memperhatikan area sekitar dengan santai.
Walaupun itu tentara ataupun bangsawan, semuanya berkonsentrasi pada panci mereka masing-masing, atau mengurus tangan mereka sambil menghibur diri dengan obrolan. Tidak seorang pun melihat ke arahnya, dan ketidakpedulian mereka membuat keadaan yang tidak alami.  
Mereka semua takut kepada Zaien, sehingga mereka menghindari hubungan dengan Tigre.
"Aku sekarang mengerti, memegang pedang ataupun tombak bukanlah bukti dari keberanian"
Massas berbicara dalam ironi. Tigre ingin mengatakan sesuatu hal kepadanya,tetapi tidak jadi. Karena tidak terlalu jauh dari situ, suara bangswan yang nyaris tak terdengar mencapai kupingnya.
"Ngomong-ngomong apa kalian mendengar apa yang telah Duke Ganelon perbuat?" 
"Apa kamu sedang membicarakan tentang dia menaikkan pajak, mengguanakan persiapan perang sebagai alasan?"
"Itu benar, jika ada seorang anak gadis di rumah yang tidak membayar pajak, maka gadis itu akan diambilnya. Tetapi jika tidak ada satupun gadis, maka rumahnya akan di bakar"
"Sungguh hal yang membuatku iri, aku juga ingin memiliki kekuasan untuk menetapkan pajak seperti itu"
Para bangsawan tidak terlihat merasa berdosa membicarakan hal itu, tetapi hanya menggurutu tidak puas.
Duke Ganelon adalah salah satu bangsawan yang paling berpengaruh di kerajaan Brune, setara dengan Thernadier. 
Juga banyak bangsawan yang kuat di antara kenalannya. Kekuatannya adalah sesuatu bahkan sang Raja tidak bisa tidak mempedulikannya.
Dalam hal wilayah, bangsawan Brune di akaui dan dizinkan untuk memerintahkan wilayah.
tetapi untuk hak istimewa tertentu, seperti pengaturan pajak, izin dari Raja diperlukan. 
Duke ganelon tidak hanya menentang peraturan ini dan mengenakan pajak tanpa berkonsultasi dengan Raja, tetapi juga melakukan hal-hal yang tidak manusiawi di wilayahnya. Namun, Raja masih masih dapat mentolerasi hal itu.
"Untuk cerita seperti itu, Duke Thenardier tidak kalah tentang melakukan hal-hal semacamnya. Dia memerintahkan orang-orangnya untuk berhenti minum selama perang sedang terjadi. Mereka harus menyerahkan semua alkohol sebagai sumpah kepada para Dewa. "   
"Aku mengerti. Tapi bukankah tidak sulit untuk menyembunyikan atau untuk membuat alkohol. Apa yang terjadi pada mereka yang ditemukan bersalah telah melanggar larangan? " 
"Bagian tentang penculikan gadis dari keluarga mirip dengan metode ganelon ini. Tapi sebagai peringatan, aku mendengar bahwa pedang akan diberikan kepada suami dan istri atau ayah dan anak, dan mereka akan dibuat untuk saling membunuh satu sama lain.Bahkan tampaknya mereka bertaruh pada siapa yang akan menang. " 
Tigre mengepalkan tangannya setelah mendengar percakapan mereka.
Massas menaruh tangan keriputnya diatas kaki Tigre ketika ia hendak berdiri.
"Tenanglah"
"Apa, bagaimana aku bisa tenang"
"walaupun ini mungkin kasar untukku mengatakan hal ini, tapi tidak akan ada yang berubah walaupun kamu mengatakan sesuatu"
Massas benar. Tigre duduk kembali, tetapi amarah masih mendidih di dalam dirinya.
Tigre menggeretakan giginya dan tetap diam, untuk menahan diri bertindak gegabah.
Ia marah karena Ganelon dan Thernadier tidak menganggap orang orang yang didalam kepemerintahan mereka sebagai manusia. Mereka tidak tega dalam kekejamannya. Tigre marah kepada bangsawan tersebut yang berbicara dengan enteng dari hal hal yang kejam seperti itu dan hanya mengabaikan nya. Akhirnya Tigre marah terhadap ketidakmampuannya, sebagaimana ia tidak bisa melakukan apapun.
"Apa yang kau ceritakan tadi, apakah benar?"
"walaupun itu sepertinya hanya rumor,..... ada yang banyak mirip seperti yang satu ini. Tapi masih orang orang yang di pertanyakan tidaklah menyangkalnya. Kamu jarang datang ke ibukota, jadi pantas saja kamu tidak mengetahui hal ini."
Mungkin hal ini masih tidak bisa membantu.
Tigre sangat jarang meninggalkan wilayahnya, Tanah Alsace.
Ia tidak mempunyai keinginan untuk menjadi yang lebih tinggi dan mendapatkan keuntungan maupun ketenaran. Itulah mengapa ia tidak terlalu tertarik dengan status bangsawannya.
Plus, di dalam pikirannya, ia tidak berniat untuk berurusan dengan Zaien, salah satu anak bangsawan. 
"Yang mulia masih mentolerasi sikap seperti itu?"
Dengan takut Tigre bertanya.
Tigre tidak ingin mempercayainya.
"Pastinya, Yang mulia masih belum mengatakan apapun saat ini"
Tubuh Massas bergerak gerak sambil menggeleng kepalanya menggerutu.
"Aku percaya Yang mulia masih memiliki masalah lain untuk di selesaikan... Suatu hari nanti, jika Yang mulia tidak bisa mengontrol mereka lagi, setidaknya pangeran Regnas harus bisa...."
Mata Massas memeluk kepada sebuah harapan yang kecil. Tiba tiba ia melihat ke atas dan melihat Tigre. Tiba tiba jari Massas mengarah kepada Tigre, datang ke mulutnya dan menutupnya.
"Fue.."
Ini terlalu tiba tiba. Tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut Tigre.
Terlebih lagi tangan yang menutupi mulut Tigre agaklah dingin, dan memiliki sedikit rasa seperti besi.


End dari bagian 1 , selanjutnya nanti lagiii


3 komentar:

  1. wah novel sangat bangut bikin kimochi (perasaan) eh penasaran...

    aku juga punya bro,.. karya anak bangsa.

    http://dingklikkelas.blogspot.com/2015/01/operasi-suci.html

    BalasHapus
  2. Bookmark dulu dah..
    Oh ya yg mau baca WN Bahasa Indonesia
    Svens, Isekai Ryouridou, Mushoku Tensei Vol 12++ boleh kesini
    www.overlord-id.ga

    BalasHapus
  3. silakan yang mau download LN/WN bahasa indo.pdf bisa ke sini https://cutt.ly/ninovel

    BalasHapus